Friday, October 5, 2018

Website BAPPEDA Pangandaran Jadi Sasaran Hacker Tiap Hari



Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Pangandaran mengungkapkan bila website miliknya itu hampir setiap hari diretas. Upaya jahat di dunia siber oleh hacker itu biasanya mengubah tampilan website Bappeda Pangandaran.

Sekretaris BAPPEDA Kabupaten Pangandaran Oki Dariamustari mengatakan, hacker biasanya merubah tampilan isi situs.



"Akibat diretas informasi yang disampaikan pada website tidak bisa terakses publik," kata Oki.

Namun isi naskah yang telah diunggah pada laman BAPPEDA tidak dirubah, tetapi hal ini menjadi kendala untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.

"Kami belum bisa menemukan solusi untuk mengatasi serangan hacker yang hampir dilakukan setiap hari," tambahnya.

Alternatif terakhir yang biasa dilakukan oleh BAPPEDA di antaranya mematikan server setiap malam dan membukanya kembali pada pagi hari hingga siang.

"Website kami untuk saat ini baru bisa diakses hanya siang menjelang malam," papar Oki.

Oki menjelaskan, butuh anggaran untuk memperkuat ketahanan situs sebagai solusi memperkuat sistem keamanan.

"Rencananya website BAPPEDA akan terintegrasikan dengan website milik Dinas Kominfo," jelasnya.

Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah serangan yang dilakukan peretas atau hacker.

Pemuda Asal Pasuruan Dapatkan $7500 Setelah Temukan Bug Google

Biasa disapa Nosa. Remaja 19 tahun asal Bukir, Kota Pasuruan itu, diganjar $7.500.00 oleh Google, setelah temukan bug. Sang hacker pun bercita-cita ingin menjadi "pengangguran sukses".



BELAJAR di jurusan IPS pada saat SMA, tak menghalanginya mempelajari IT (Information Technology), yang notabene digeluti oleh mereka berlatar ilmu eksak, IPA.

M. Nosa Sandi Prasetyo, namanya.

"Saya biasa dipanggil Nosa," katanya, memulai perbincangan dengan wartabromo.com, Rabu (26/9/2018).

Remaja asal Bukir, Kota Pasuruan ini, kelahiran 30 September, 19 tahun lalu. Nosa yang sedang menikmati masa-masa semester ketiga di bangku kuliah saat ini, ketiban rejeki. Ia mendapat hadiah tak terduga dari Google, raksasa search engine (mesin pencarian) di dunia. Tak tanggung-tanggung, ia mendapat $7.500.00 dari Google.


Ketertarikannya di dunia IT diakuinya sudah sejak belia. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sudah menyukai game, layaknya anak-anak zaman now sih. Ketika di SMP, mulailah remaja ini mengenal dunia software bahkan sempat membuat virus sederhana. Tak berhenti disitu, memasuki dunia SMA, Nosa kian mendalami olah pengaturan komputer, terutama peprograman sehingga dapat membuat instruksi untuk menjalankan dan mengeksekusi suatu perintah.
M. Nosa Sandi Prasetyo.

Eh ladhalah, kala itu ia mulai 'membobol' akun rapor online hingga akun ujian berbasis android. Itu dilakukan setelah sebelumnya, ia ditunjukkan bagaimana menemukan bug selain rentetan pemahaman dalam sebuah program.

Meskipun berhasil meretas akun, tak lantas memanfaatkan untuk kepentingan pribadinya. Nosa justru melaporkan masalah yang ditemukannya kepada developer (pembuat program). Atas laporannya, sang hacker mendapat feedback dari perusahaan.

Setelah lulus SMA, ia sempat ditawari untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi melalui jalur SNMPTN, tapi karena saat SMA belajar di jurusan IPS, maka kesempatannya untuk lolos pun hilang

"IT kan IPA, jadi saya sudah auto gagal," kata Nosa sambil tertawa kecil.

Nosa sempat memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Tapi, dorongan orangtua membuatnya tetap melanjutkan studi dan mengambil jurusan IT di STMIK Yadika Bangil, sesuai passion yang ia miliki.

Mengenal pemrogaman sejak SMA, hingga mencari celah keamanan yang ada di suatu program (bug bounty) kini semakin ditekuninya. Sebagai bug hunter (pencari bug), suatu ketika ia memimpikan dapat menemukan bug di Google. Untuk sekedar diketahui, mesin pencarian terbesar di dunia ini, memang membuka ruang untuk dapat menemukan bug (bug bounty).


Tak hanya berkeinginan, ia merealisasikan dengan melakukan percobaan pertama, pada bulan ketiga tahun 2018.

Modal belajar dari kawan di komunitas dan Internet, aksinya pun mulai dilancarkan. Sempat menemukan bug, namun, laporan yang dikirim ditolak oleh Google. Saat itu, ia masih menggunakan browser "jadul" Internet Explorer (IE) dan Mozilla seri lama.

Lima Bulan berselang, tepatnya 11 Agustus 2018, Nosa melakukan percobaan keduanya dengan metode berbeda dengan sebelumnya. Kali ini dilakukan dengan coba-coba mengutak atik akun google. Selancar dilakukan, masuk di my-akun, Nosa melanjutkan ke sub domain bussiness-google. Dan bug tertangkap!

Pucuk dicinta ulampun tiba. Ia mendapat balasan "Nice catch (tangkapan yang bagus)".

Nosa mengungkapkan, celah yang ia temukan termasuk celah keamanan yang sangat critical, "click hijjacking".

Bak gayung bersambut, "Mbah Gugel" merespon laporannya, hingga kemudian mendapat balasan. Pada hari Selasa, (25/9/2018) subuh, Nosa mendapat email dari Google yang berisi ucapan terima kasih dan reward yang ia terima.

"As Part of Google Vulnerability Reward Program, the panel decided to issue a reward of $7500.00. (Sebagai bagian dari Google Vulnerability Reward Program, kami memutuskan untuk memberikan hadiah $ 7500,00)," penggalan kalimat dalam email yang diterima Nosa dari Google.

Sempat bernadzar untuk memotong rambutnya yang gondrong jikalau mendapat $5.000. ia malah mendapat lebih dari yang diharapkan.

"Saya aja sampai sekarang nggak nyangka bisa dapet uang sebanyak itu," ujarnya.

Di akhir obrolan, ia menuturkan ingin menjadi pengangguran yang sukses. Belakangan diungkapkan, bila remaja dengan postur tubuh tinggi ini, kerap mendapat reward dari sejumlah domain kenamaan. Katanya sih, hasilnya lumayan.

"Meneng-meneng dapet duit," candanya mengakhiri obrolan.

Wednesday, October 3, 2018

Parah! Hacker Jual Murah Akun Facebook di Situs Dark Web


Awal pekan lalu terungkap kalau raksasa media sosial, Facebook, melakukan pelanggaran keamanan, dimana ada peretasan data pengguna hampir 50 juta akun.
Dan beberapa jam kemudian, setelah kabar peretasan Facebook itu ramai di internet, tim peneliti kemudian merilis laporan yang mengungkapkan bahwa si peretas ternyata menjual login Facebook di situs Dark web.



Dikutip dari laman Money Guru via The Daily Dot, Rabu (3/10/2018), hacker telah menjual login Facebook tersebut seharga US$ 2,60 atau sekitar Rp 39.100 di situs Dark web.
Kabar tersiarnya jual-beli akun online di situs Dark web ini memang bukan hal baru.
Yang mengherankan, informasi username dan password yang dicuri itu dijual dengan harga yang sangat murah.
Dalam laporan tersebut, tim peneliti menyelidiki informasi username dan password yang diperjual-belikan oleh si pelaku. Di antaranya di situs online black market ternama, yakni Dream Market, Wall StMarket, dan Berlusconi Market.
Money Guru juga menemukan, Facebook bukan satu-satunya platform media sosial atau layanan di internet yang informasi penggunanya tersedia di situs Dark web.
Diketahui, login Reddit dijual seharga US$ 2,09, sedangkan profil Instagram seharga US$ 6,30, dan akun Twitter seharga US$ 3,26.


Sejauh ini, alamat e-mail merupakan informasi paling murah yang dijual oleh penjahat cyber, mulai dari seharga US$ 3,26 hingga US$ 3, semua tergantung alamat Gmail atau Hotmail.
“Penelitian kami tentang data pribadi dan seberapa berharganya itu di pasar gelap sangat mengejutkan untuk diungkap.”, ujar James MacDonald, selaku Kepala Digital Money Guru, sebagaimana dikutip dari Metro.com.
“Ini menunjukkan betapa pentingnya melindungi data Anda jika mungkin untuk menghindari konsekuensi besar di masa mendatang.”, James menambahkan.
Seperti diketahui, sebelumnya Facebook kembali menyatakan bahwa pihaknya telah menemukan pelanggaran keamanan yang mempengaruhi hampir 50 juta akun pengguna.
Isu ini merupakan buntut dari masalah kebocoran data baru, yang membuat kepercayaan pengguna kian menurun terhadap media sosial ini dan juga berdampak pada bisnis perusahaan.

Awas! Hasil Pilpres 2019 "Bakal" Diacak-acak Hacker Internasional



Semua pihak yang berkepentingan dengan Pilpres 2019 harus memperkuat pertahanan sistem IT agar tidak bisa ditembus hacker. Hacker menyerang karena memanfaatkan kelemahan sistem. Sehingga serangam hacker asing bisa saja terjadi. Apalagi di manapun tak ada sistem IT yang sempurna, kelemahan selalu ada


Munculnya informasi ke ruang publik terkait dugaan masuknya hacker asing ke Indonesia harus menjadi peringatan dini bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Karena potensi Indonesia diserang hacker asing sangat terbuka. Apalagi serangan yang mereka sangat berbahaya bagi kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Para hacker itu juga berpotensi menimbulkan kekacauan pelaksanaan Pilpres 2019.

"Peringatan dini ini khususnya bagi pihak-pihak yang mempunyai kewajiban menjaga kedaulatan, keamanan dan ketertiban NKRI agar mencermati isu ini baik dari pihak BIN, BAIS, Mabes Porli, Badan Cyber Nasional atau Lembaga Sandi Negara," kata pengamat intelijen dari The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya seperti yang dikutip dilaman Harian Terbit, pada Rabu (29/9/2018).

Harits menuturkan, jangan sampai kehidupan sosial politik ekonomi dan keamanan Indonesia diacak-acak melalui serangan kejahatan cyber.Bahkan jika ini terkait dengan Pilpres 2019 maka masing-masing dari tim atau desk cyber dua calon capres-cawapres Jokowi – Ma’ruf Amin dan Prabowo – Sandiaga untuk perlu dan wajib mewaspadai atas serangan kejahatan cyber tersebut.

"Bagi semua elemen yang ingin suksesi 2019 berjalan secara jujur adil transparan serta akuntable dan melahirkan produk kepemimpinan yang kredible maka proses dari awal hingga akhir perlu steril dari kecurangan atau bahkan tindak kejahatan melalui dunia cyber dari pihak siapapun," jelasnya.



Sangat Berbahaya

Terpisah, pengamat politik dari Lembaga Kajian dan Analisa Sosial (LeKAS) Karnali Faisal mengatakan, apapun motifnya, Tim Cyber Mabes Polri harus menyelidiki kebenaran dugaan puluhan hacker asing masuk Indonesia tersebut. Jangan dibiarkan dugaan masuknya hacker asing tersebut menjadi isu liar. Jika benar ada hacker, perlu dilakukan tindakan guna memberikan ketentraman dan kedamaian masyarakat Indonesia.

Server Instagram Down/Tumbang



Tumbangnya Instagram tidak hanya dialami oleh pengguna di Indonesia. Berdasarkan pengamatan di Twitter, banyak netizen dari berbagai negara yang mengeluhkan Instagram down.


Banyak yang awalnya mengira paket internet mereka habis. Bahkan ada juga menghapus dan menginstall ulang aplikasi Instagram-nya. Tapi ternyata aplikasi milik Facebook itu memang sedang mengalami gangguan.

Selama beberapa waktu Instagram down sehingga tak bisa diakses pengguna di sejumlah negara. Mengonfirmasi sempat mengalami masalah, Instagram pun minta maaf.

Pun demikian, media sosial berbasis foto dan video itu tidak menjelaskan lebih lanjut secara lebih rinci mengenai masalah apa yang terjadi sehingga layanannya sempat tumbang.


"Betul bahwa pengguna sempat mengalami kesulitan mengakses akun Instagram mereka. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini, sekarang Instagram sudah bisa diakses kembali," kata perwakilan Instagram saat dihubungi detikiNET, Rabu (3/10/2018).

Tumbangnya Instagram sempat jadi topik hangat karena masalah serupa dialami para pengguna di penjuru dunia. Mereka ramai-ramai "lari" ke Twitter untuk curhat dan mencari informasi, seraya mengusung tagar #instagramdown.

Hal itu membuat #instagramdown sempat menempati posisi teratas trending topic Twitter secara global. Para pengguna Instagram kemudian juga berkicau gembira ketika tahu Instagram sudah pulih setelah sekitar 45 menit tumbang.

Sumber: https://inet.detik.com/

50 Juta Akun Facebook Dibobol Hacker, Ini Bahaya yang Menghantui



Facebook diretas, membuat setidaknya ada 50 juta penggunanya yang berada dalam bahaya. Tanpa ada efek samping pun peretasan semacam itu sudah menjadi hal yang sangat mengerikan.

Namun di balik itu, ada bahaya lain yang mengintip dari peretasan tersebut. Yaitu sistem login Single Sign-On Facebook yang dipakai di banyak situs lain di dunia maya, dari Tinder sampai Expedia.


Mungkin Anda pun salah satu pengguna sistem login tersebut; Anda mendaftar di situs lain, Tinder misalnya, menggunakan login Facebook agar tak perlu mengisi formulir lagi, juga membuat dan mengingat user ID dan password -- karena data yang dipakai bakal diambil dari Facebook.

Sistem semacam ini sebenarnya bukan cuma mempermudah pengguna, karena tak perlu lagi direpotkan oleh mengisi berbagai data pribadi saat mendaftar di suatu situs, melainkan juga mempermudah para pemilik situs karena bisa menciptakan sistem login yang lebih aman, mengandalkan infrastruktur milik Facebook -- yang di atas kertas seharusnya lebih aman.

Sistem login semacam ini sebenarnya bukan cuma diterapkan oleh Facebook, karena Google pun menggunakannya. Namun dalam penerapannya, sistem login milik Facebook ini lebih luas digunakan di berbagai situs.



Masalahnya, saat Facebook diretas seperti saat ini, data-data Single Log On itu pun bisa bocor ke si peretas karena mereka bisa mengakses token atau kunci digital ke akun Face book. Dengan token itu, si peretas bisa mengontrol akun Facebook korbannya secara penuh.

Data-data pengguna yang bisa diakses si peretas pun bisa bermacam-macam. Dari bermacam pesan pribadi di layanan Tinder, sampai informasi paspor yang tersimpan di Expedia.

Dalam pernyataan resminya, Facebook mengklaim kalau hasil investigasi mereka menunjukkan tak ada akses ke aplikasi lain yang dilakukan oleh si peretas.

Facebook sebelumnya sudah me-reset akses token dari 50 juta penggunanya yang menjadi korban peretasan ini, dan 40 juta pengguna lain yang mungkin ikut terkena dampaknya.


Referensi: https://inet.detik.com/

Hacker Ditangkap Setelah Hack Situs Akademi Militer AS




Seorang pria dari California mengaku bersalah meretas situs web militer dan pemerintah dalam kampanye defacement terkait dengan situasi politik Gaza. Billy Ribeiro Anderson, juga dikenal sebagai “Anderson Albuquerque” dan “AlfabetoVirtual,” mengaku bersalah atas dua tindak kejahatan komputer di pengadilan di Distrik Selatan New York.


Menurut jaksa AS, dari 2015 – 2018, pria berusia 41 tahun itu melakukan aksi defacement dengan mengakses secara ilegal lebih dari 11.000 militer AS, pemerintah, dan situs web bisnis. Dengan menggunakan kodenama AlfabetoVirtual, peretas mengganti konten di setiap situs web dengan “coretan”-nya sendiri, termasuk memposting teks “Hacked by AlfabetoVirtual,” “#FREEPALESTINE” dan “#FREEGAZA“. Pesan-pesan ini berhubungan dengan situasi politik antara Palestina, Israel, dan jalur Gaza yang terkepung.
Dalam laporan kejaksaan AS, dua kasus defacing yang menjadi sorotan adalah aksinya saat meretas situs NYC Comptroller di 2015 dan Combating Terrorism Center at West Point di 2016. Berikut tampilan saat situs tersebut diretas:




Mirror:
Dalam kasus pertama, Anderson mengeksploitasi kerentanan dalam plugin pihak ketiga yang digunakan oleh situs web. Pada yang terakhir, peretas dapat mengeksploitasi kerentanan cross-site scripting (XSS) untuk mengkompromikan akun administrator dan memotong kontrol akses.
Penegak hukum mengatakan pada hari Selasa bahwa Anderson tidak hanya bertanggung jawab atas peretasan kedua web tersebut, tetapi ia juga ribuan server web di seluruh dunia. Peretas memasang malware di server-server ini yang diretasnya untuk menjaga aksesnya dan menciptakan backdoor, memberikan dirinya hak administratif dalam sistem.
Anderson dihadapkan hingga 10 tahun penjara atas kejahatannya tersebut. Hukuman sudah dijadwalkan dan dijadwalkan akan berlangsung pada Februari 2019.
Sebagai tambahan, pelaku juga pernah “menyambangi” situs pemerintahan Indonesia antara lain situs pemerintahan Sulawesi Barat, Website pemerintahan Kota Bontang, dan Pengadilan Agama Limboto di tahun 2016.


Referensi: https://news.linuxsec.org/seorang-peretas-ditangkap-setelah-melakukan-defacing-ke-situs-akademi-militer-as/